Perjalanan Ma'rifat & Karomah Habib Ahmad Bafaqih Tempel

 


Kehidupan masa muda Al Habib Ahmad Bafaqih tak semudah yang dibayangkan. Cacian, hinaan dan makian dari orang-orang sekitar beliau, baik atas kekurangan fisik ataupun kemiskinan yang ada pada diri beliau, Habib Ahmad Bafaqih tak pernah membalas cacian itu. Bahkan beliau terima dengan sabar semua perlakuan itu. Di masa muda itu pula Habib Ahmad Bafaqih pernah berjualan kecil-kecilan seperti berjualan korek api walaupun hasilnya tidak menguntungkan.

Sesungguhnya Allah adalah Maha Berkehendak, sosok Habib Ahmad Bafaqih dikarenakan kesucian hatinya, kesabaran akhlaknya, telah dianugerahi oleh Allah SWT berupa Futuhal ‘Arifiin, kasyaf dan ilmu ladunni, padahal beliau diriwayatkan tidak menempuh pendidikan formal.

Habib Ahmad Bafaqih pernah menuturkan kepada Abuya Habib Ahmad bin Husein Assegaf Bangil tentang asal mula kewaliannya ketika Abuya berkunjung ke rumah beliau.

“Siapakah guru anda?” tanya Abuya kepada beliau.

“Guruku Allah SWT., Malaikat Jibril, Rasulullah SAW., jawab beliau  yang menandakan bahwa ia adalah seorang majdzub yang mendapat kewalian tanpa bersuluk.

“Bagaimana asal muasalnya Habib “bisa sampai” kepada Allah “? Tanya Abuya selanjutnya.

“Karena kamu yang bertanya maka saya akan menjawabnya. Kalau bukan kamu, saya tidak akan cerita.”

“Dulunya saya orang miskin. Ayah saya wafat dengan meninggalkan saudari -saudari perempuan saya yang banyak. Saya ini orang cacat yang tidak bisa bekerja.”




“Pada suatu hari saudari-saudari saya merasa kelaparan. Di rumah saya tidak ada makanan sama sekali. Mereka meminta kepada saya untuk mencarikan makanan. Saya berpikir dari mana saya berusaha dapat makanan? Mau usaha apa?  Jalan saja saya harus tertatih-tatih sambil berpegangan di tembok. Badan saya cacat.”

“Terpaksa saya keluar rumah mencari makanan. Tidak ada orang yang kasihan kepada saya. Jangankan memberi sesuatu, menjawab salam saya saja mereka enggan karena melihat diri saya yang seperti ini. Saya terus berjalan dan berjalan sampai capek.”

“Saya istirahat duduk-duduk di Masjid Agung Jogjakarta sampai malam. Karena waktu sudah malam, penjaga masjid itu menyuruh saya keluar dari masjid. Kalau tidak, ia akan mengunci saya saya dari luar. Saya tidak mau keluar. Akhirnya saya dikunci di dalam Masjid sendirian.”

“Saya menangis dan menangis di dalam Masjid. Saya sudah putus asa dari manusia. Di tengah larut malam, saya bermunajat kepada Allah : “TIDAK ADA MANUSIA YANG MAU KEPADAKU, SIAPA LAGI YANG MAU MEMUNGUT DIRIKU SELAIN ENGKAU, YAA ALLAH. AKU MENGELUH KEPADAMU, AKU BERPASRAH DIRI PADAMU.” doaku kepada Allah.

“Di tengah saya bermunajat, saya mendengar suara salam.

“Assalamu ‘alaikum.... ”

“Wa ‘alaikumussalaam”. Jawabku

“Anda siapa? ” tanyaku kepada seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapanku.

“Aku kakekmu Muhammad Rasulullah SAW “ Jawab orang itu.

Baginda Rasulullah SAW berkata kepadaku : “INNAA FATAHNAA LAKA FATHAN MUBIINAA ” nanti akan datang orang yang mengajar kamu.”

“Tidak lama kemudian muncul Nabi Khidhir memberi kabar bahwa mulai besok rezekiku akan datang ke rumah dan orang-orang akan datang ke rumahku.”

“Di pagi harinya saya pulang ke rumah dan saudari-saudariku masih kelaparan. Tak lama kemudian datanglah orang membawa makanan ke rumah.

Sedangkan Nabi Khidhir telah mengajari saya menulis azimat di sebuah kertas.”

“Semenjak saat itu rumah Habib Ahmad Bafaqih tidak pernah sepi dari tamu. Masyarakat umum, para pejabat sampai Wali seperti Sayyid Muhammad Maliki turut berkunjung kesana. Namun kewalian dan kekeramatan itu beliau dapatkan setelah mengalami bermacam penderitaan.

Habib Ahmad Tempel pernah berucap di masa kholwat beliau bahwa beliau tidak akan mau keluar dari kholwatnya terkecuali Habib Sholeh Tanggul yang mengeluarkan. (kisah dari Habib Muhdhor Al Hamid yang ketika masih muda pernah diajak ayahnya, Habib Muhammad bin Habib Sholeh Al Hamid Tanggul sowan ke rumah Habib Ahmad Tempel).

Sosok Habib Ahmad Bafaqih juga dikenal sosok yang sangat dekat dengan Nabi Khidir AS, bahkan sering bersama sahabat beliau, Syekh M. Abdul Malik Ilyas ( Purwokerto) / Guru Mursyidnya Abah Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan berjumpa Nabi Khidir AS dan mengetahui “penyamaran” Nabi Khidir AS dengan mudah.

Di kalangan ulama, Wali dan Habaib di zamannya, kedudukan Habib Ahmad Tempel sangatlah dihormati.

Habib luthfi Bin Yahya Pekalongan pernah bercerita kepada Habib Abdul Hadi Baragbah Tegal, bahwa Habib Ahmad Kemusuh pernah bilang kepada Habib Luthfi waktu itu masih muda: ”Bahwa Habib Ahmad mimpi gendong-gendongan sama Habib Luthfi di ‘Arsy.”

Banyak pejabat negara serta artis yang tak ketinggalan turut mengambil keberkahan beliau. Diantaranya Wakil Presiden RI H. Adam Malik, yang kemudian membuat kubah makam Habib Ahmad Tempel dan ayahnya.

Banyak orang yang berjumpa menemui Habib Ahmad Tempel di rumah beliau, melihat karomah beliau, seperti beliau tahu berita terbaru, padahal tak membaca koran, mendengarkan radio ataupun menonton televisi.

Beliau disebut hadir telihat berhaji di Mekkah, padahal beliau tak ada pergi kemana-mana.

Di ceritakan, pernah menantu beliau yakni Habib Muhammad Hamid Bafaqih dipesankan oleh Habib Ahmad Tempel agar menjaga ketat pintu kamar Habib Ahmad Tempel, tak boleh ada yang masuk. setelah Habib Ahmad Tempel lama tak muncul, akhirnya Habib Muhammad Hamid Bafaqih memberanikan diri membuka pintu kamar, dan ternyata Habib Ahmad Tempel pergi menghilang entah kemana, Wallahu a’lam.

Banyak orang yang sakit, menjadi sembuh dengan izin Allah melalui karomah Habib Ahmad Tempel. Pernah juga habib Ahmad bin Toha Al Munawwar (Toha Putra semarang) sedang sakit dan akan diobati dengan cara dioperasi di rumah sakit, lalu meminta nasehat kepada Habib Ahmad Tempel apa hal yang terbaik. Lalu oleh Habib Ahmad Tempel hanya disuruh untuk membuat es teh yang legi (manis) dan kentel, kemudian diminum. Dan ternyata penyakit Habib Ahmad Toha Munawwar pun sembuh tanpa harus dioperasi setelah meminum es teh saran beliau.

Ada pula satu pohon kayu, diolah papannya mampu menjadi beberapa rumah pondok, pada suatu pesantren melalui karomah Habib Ahmad Tempel.

Habib Ahmad tempel juga pernah berucap : “Saya merokok ini, tujuannya adalah untuk membakar setan“.

Akan tetapi soal merokok beliau Habib Ahmad Bafaqih Tempel juga pernah berkata kepada Abuya Habib Ahmad Husein Assegaf Bangil yakni : ”Aku Rokok an cek gak bening“, kata beliau. Maksudnya untuk mengurangi kebeningan hati (Kasyaf) yang bisa melihat aib orang lain. Habib Ahmad Tempel terpaksa menggunakan rokok.

Maka bayangkanlah dengan orang yang hatinya sudah gelap, tentu dengan merokok hatinya bertambah gelap. Dikecualikan orang-orang sholih dan a'rifbillah yangg sudah mengenal Allah tentulah rokok tak memperngaruhi keadaan hati. Maka dari itu wajiblah kita istiqomah tholabulbilmi, karena ini maka kita bisa mengenal Allah. 

Ketika Habib Ahmad tempel masih hidup, banyak orang yang meminta wafaq / rajah / azimat kepada beliau, salah satu wafaq yang sering beliau beri adalah wafaq ”SEGITIGA KHATAMUN NUBUWWAH ” (Allahu WahdaHu Laa Syariika lahu, Muhammadun ‘Abduhu wa Rasuluhu).

Habib Ahmad bafaqih tempel pernah berucap ketika berkunjung ke Guru Haji Seman Mulia, Martapura, Kalsel : “Bahwa aku hanya mencari teman, (yakni) orang yang bersyukur dan tidak mau berteman dengan orang yang pusang (gelisah/kecewa dalam hal duniawi), karena orang pusang itu bukan hamba Allah tapi hamba iblis “.

Kini Dakwah Habib Ahmad Bafaqih tempel diteruskan diantaranya oleh putra beliau sendiri : Habib Umar bin Ahmad Bafaqih (Sokaraja), Habib Ali bin Ahmad Bafaqih (Jogjakarta), kemudian oleh Habib Muhammad Hamid Bafaqih (menantu dan juru kunci makam), Habib Husein bin Abdullah Assegaf (Sedayu, jogja) dan Habib Zein bin Ahmad Assegaf Magelang.

Sedangkan di Kalsel, murid beliau yang terkenal adalah Guru Haji Asmuni (Guru Danau).

Diantara ijazah wirid dari beliau Habib Ahmad Tempel adalah : jika kita ada hajat khusus, hendaklah membaca – ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD sebanyak 124.000 kali (seratus dua puluh empat ribu kali), bisa dicicil Maksimal dalam jangka 40 hari.

Habib Umar Mutohhar ( Semarang ) pernah menceritakan pengalamannya bersama KH. Mufid Mas’ud (PP Pandanaran Kaliurang Jogjakarta) saat berziarah ke makam Habib Ahmad Bafaqih Kemusuh Yogyakarta.

Ketika membaca akhir surah Yasin, “innama amruhu idza arada syai’an an yaqula lahu KUN FAYAKUN … ” , makam itu terbuka dan keluarlah Habib Ahmad Bafaqih dari kuburnya.

Setelah itu pembacaan doa dipimpin oleh Habib Ahmad, diaminkan oleh Habib Umar Muthohar dan KH. Mufid Mas’ud. Kemudian Habib Ahmad masuk lagi ke kubur. Peristiwa itu terjadi setelah 40 hari Habib Ahmad Bafaqih dimakamkan. Habib Umar Mutohhar lalu melanjutkan ceritanya. Kata beliau: “Setelah 7 hari dimakamkannya Habib Ahmad, saya bertemu beliau di alam mimpi. Beliau membai’at saya dengan syahadat (talqin dzikir)” Kalau dinalar logika sulit. Untungnya saya termasuk dari kelompok “alladzina yu’minuna bil ghoib”.

Habib Ahmad tempel sebenarnya wafatnya pada bulan sya’ban, sedangkan Haul Ahad terakhir bulan Syawwal adalah Haulnya ayah beliau, yakni Habib Ali bin Ahmad Bafaqih, karena haul ahad terakhir bulan Syawwal sudah berlangsung sejak zaman Habib Ahmad Tempel hidup, maka waktu haul ini tetap dipertahankan di Kemusuh.

Acara puncak haul beliau sendiri terdiri dari 2 sesi, Malam Ahad ziarah kubro dan tahlil serta ceramah ulama. Ahad Subuh, maulid Nabi Muhammad SAW dan musik gambus serta khitanan massal.

Semoga riwayat ringkas ini, menjadi sebab turunnya barokah atas kita, dan atas kekurangan serta kekeliruan mohon diluruskan dan dimaafkan.

( Disusun alfaqir – Shodiqur Rifqi, Diedit oleh Fatahyasin.my.id )

Dari arah Kota Yogyakarta melintasi jalan Raya Magelang hingga sampai di jalan Turi km 1 perempatan rambu lalu lintas Sleman Yogyakarta, sebelah kanan jalan nampak papan nama SMK Ma’arif 2 Sleman, dari perempatan ini belok kiri untuk menuju desa Banyurejo hingga pertigaan dukuh/desa kemusuh -+ (7km), dari pertigaan ini belok kiri -+ (50m) akan nampak jembatan kecil, sebelum jembatan ini sebelah kiri jalan akan nampak qubah makam Habib Ahmad Tempel.

Alamat / Lokasi / Tempat Makam Beliau :

Dukuh. Kemusuh, Desa. Banyurejo, Kec. Tempel, Kab. Sleman – Yogjakarta 55552.

Moga manfaat dan bisa kita jadikan tauladan dari kisah beliau Aamiin.

Post a Comment for "Perjalanan Ma'rifat & Karomah Habib Ahmad Bafaqih Tempel"