Sejarah Nasi Uduk, Makanan Dengan Makna Islami Hasil Buah Pikir Sultan Agung dari Mataram


 

Nasi Uduk adalah adalah hidangan yang dibuat dari nasi putih yang diaron dan dikukus dengan santan, serta dibumbui dengan pala, kayu manis, jahe, daun serai dan merica. Hidangan ini mulai dibuat penduduk pulau Jawa sekitar tahun 1910-1924 dan dipopulerkan oleh Hindia Belanda setelahnya. Nasi yang juga dikenal sebagai nasi gurih ini ternyata memiliki sejarah panjang yang menarik untuk dibahas.

Menurut sejarah, nasi uduk merupakan buah pikir dari Sultan Agung dari Mataram karena kecintaannya dengan masakan arab "Nasi Kebuli". Menurut Babad Tanah Jawi, Sultan Agung "nasi Arab", yang mungkin merujuk pada berbagai jenis pilaf atau nasi bergaya Arab. Hidangan nasi dari arab sering disebut nasi kebuli (populer di kalangan keturunan Arab di Indonesia) atau nasi biryani (hidangan Muslim India). Kedua hidangan tersebut paling umum dikenal di kalangan Muslim Jawa pada saat itu. Sultan Agung kemudian memutuskan untuk membuat "hidangan Arab" versi lokal, menggunakan bahan-bahan lokal. Ia melakukan ini antara lain untuk mengurangi pengeluaran negara (biaya untuk membeli bahan-bahan impor untuk membuat masakan nasi khas arab sangat tinggi) dan untuk meningkatkan kebanggaan lokal.

Nasi uduk sendiri dahulu dikenal dengan "Nasi Wudu'" atau orang jawa menyebutnya dengan sebutan "Nasi Wuduk". Nasi Wuduk sendiri berasal dari kata (Tawadu') yang artinya rendah hati di hadapan Tuhan. Namun ada pengertian lain pula yaitu, kata "Wuduk" berarti "Wudu'" yangg berarti nasi yang disucikan dengan sesuatu yang suci (putih) yaitu santan. Untuk lauknya sendiri Sultan Agung menggunakan Ingkung Ayam, yang mana ingkung sendiri adalah "Eling Nyekungkung", atau bentuk Ayam yang "Nyekungkung" seperti orang yang sedang sujud (sholat), atau "Nyekungkung" juga berbentuk seperti orang yang mati, dengan tujuan makna "Dzikrul Maut" atau ingat mati. Untuk pelengkapnya sendiri Sultan Agung menggunkana sambal "Gepleng", sambal yang terbuat dari kacang kedelai yang dicambur dan diulek dengan cabai, garam, dan bawang. Sambal "Gepleng" sendiri dari kata "Sregep Geleng-geleng" dengan makna tujuan agar senantiasa Dzikir "Laa Ilaaha Illallah". Nasi Uduk sering disalahartikan sebagai hidangan Betawi karena popularitasnya di Jakarta.


(fy/fy)

Post a Comment for "Sejarah Nasi Uduk, Makanan Dengan Makna Islami Hasil Buah Pikir Sultan Agung dari Mataram"